11 November, 2015

Day 3 - #30harimenulis : Pertemuan kita adalah bagaimana cara kebahagiaan dilahirkan


Terimakasih pada angka 13pada kalender yang menjadi awal dari kisah panjang ini..
Aku memang sengaja hari ini ingin tidak memberitahumu bahwa aku selalu mengingat tanggal ini, anggap saja aku lupa. Aku menuliskan ini dari desakan beberapa rasa yang tiba-tiba menyenggol ruang kerja kepalaku. Atau sebut saja aku terlalu malu memberitahumu bahwa aku rindu. Entah berapa juta detik lalu mata kita pernah beradu, lalu merekam setiap gambarmu dalam retinaku.

Sebut saja cinta adalah perjalanan sekaligus pelajaran. Perjalanan tempat kita saling menemukan, pelajaran tempat kita saling mendewasakan. Setelah berulang kali jatuh cinta dan patah hati. Setelah berulang kali menemukan, namun akhirnya melepaskan. Setelah berulang kali bersyukur atas sebuah pertemuan dan belajar atas perpisahan. Setelah berulang kali menemukan rumah namun kamu hanya dianggap tempat singgah. Setelah kamu merasa dialah orang yang tepat, sampai kepadanyalah hatimu menutup pintu rapat-rapat.

Priaku masih ingatkah dulu? Cara kita bertemu dulu adalah salah, dibelakang wanitamu. Kita bermain dengan perasaan. Tapi keinginan kita bersama akhirnya jatuh pada waktu dan tempat yang tepat, aku yakin sejak pertama bertemu denganmu pasti kita akan saling memiliki. Seperti yang kamu bilang, kamu ingin menganggapku lebih dari hanya seorang adik. Bahwa kamu mengatakan kamu ingin menyembuhkan aku dari luka yang masih basah itu. Inilah yang saat itu aku percaya bahwa cinta selalu tiba dengan cara yang berbeda.

Priaku, sejak tanggal 13 itu. Aku sudah boleh memanggilmu seperti itu? sudah boleh menggenggam tanganmu tanpa harus merasa malu-malu didepan semua orang? Sudah boleh meminta temu tanpa harus menyembunyikan pertemuan kita dari seorang di masa lalumu? Sudah boleh memintamu mencubit pipiku? Karna aku takut ini hanya bagian dari bunga tidur.

Kamu tahu, aku pernah takut untuk memiliki lagi. Karna aku tidak siap untuk melepasnya terlalu dini. Tapi bukankah tidak pernah ada seorangpun yang siap akan kehilangan? Aku berharap tetap akan menjadi seseorang yang kau cintai dengan cara-caramu yang sederhana. Aku berharap kita akan selalu seperti ini.
Kamu adalah jawaban dari ribuan hari aku melipat jemari, mengirimkan doa-doa pada Tuhan. Kamu adalah hadiah yang dulu disembunyikan Tuhan saat aku lulus untuk merelakan orang-orang yang aku cintai pergi. Kamu adalah sesuatu yang pernah kusangkal, pun tak kusangka-sangka adanya, namun kini terasa begitu kekal. Kamu tahu bahwa waktu akan berputar, tapi semoga tak satupun rasa akan memudar.
Seperti yang sudah-sudah resiko bertemu adalah berpisah. Entah kapan, entah lusa, entah beberapa pekan lagi. Entah bagaimana membuat segalanya baik-baik saja. Karena melangkah, takut membuat segalanya berubah dan mundur pun takut seperti mengabaikan kesempatan yang sudah ditawari. Tapi segala rasa takut itu hanyalah mimpi buruk, yang bisa kita atasi saat kita telah terbangun nanti. Semoga segalanya di waktu yang tepat, tanpa perlu ada yang berubah menjadi asing. Semoga segalanya tiba diwaktu yang tepat, tanpa ada yang menyesali karena telah terlambat. Semoga pertemuan kita waktu itu, bukan berujung pisah. Semoga tidak ada yang mengingkari atau saling menyakiti. 
Aku
Kamu
Saling menemukan, saling menjaga, saling tak ingin berpisah


 Selamat tanggal 13~

Day 2 - #30harimenulis : Kepada: Dua orang wanita yang menyimpan surga untukku di ke dua telapak kakinya.


Kepada: Dua orang wanita yang menyimpan surga untukku di ke dua telapak kakinya.

Assalamualaikum, Ma. Di kota ini, langit pukul tujuh pagi cerah sekali. Semoga Mama menikmati cerah yang sama ya. Sedang apa mama hari ini? Di sini, sedang rimbun rinduku untukmu.

Langit pukul tujuh pagi ini menjatuhkan keteduhan yang serupa dengan sepasang matamu, Ma. Desau angin sesepi ingatanku tentang kita beberapa tahun terakhir dan rindu ini diam-diam kian bergulir.

Aku di sini menikmati nyanyian rinduku dan anak-anak daun berjatuhan mengetuk jendela kaca di sisiku. Ah, sayangnya aku masih belum mampu menuliskan surat cinta yang manis untukmu.

Puterimu di sini alhamdulillah dalam keadaan baik. Masih seriang kebun lili di musim semi, masih menggenggam rapi pesanmu dalam hati. Puterimu ini mungkin tak sesempurna langit pukul tujuh pagi ini-cerah dan teduh yang sempurna, namun tetap berusaha menjadi manusia baik, sebaik yang kubisa. Agar Mama bahagia.

Ma, puterimu ini daridulu selalu sungkan dan malu-malu mengungkap cinta, juga rindu yang tersimpan dengan terang-temarang, maka dari itulah kutuang hati-hati dalam surat ini. Meski aku masih belum pandai dalam hal menjabarkan cinta padamu, juga debar rindu yang terlalu.

Ma, entah kapan kelak Mama membaca surat ini. Ketahuilah, langit pukul tujuh pagi ini mengisyaratkan rinduku. Dan puterimu ini, sungguh mencintaimu.

Kecup sayang dariku yang sedang menengadah keatas langit, melihatmu.. dan mengelus dada pelan-pelan menahan segala rasa yang berkecamuk.

Ma, aku selalu berusaha menengadah keatas karna aku takut air mata dipelupuk membanjiri kedua mataku..