Lidahku terasa kelu untuk mengisahkannya, lebih baik aku
simpan dalam hati dan kuluapkan dalam sebuah tulisan dan menjadikannya santapan
lezat untuk kubaca sendiri..
Sadarkah, bahwa aku bersusah payah menjaga hatimu saat kau
tak ada disampingku? Mungkin caraku menjaga hatimu membuat mereka malah
terluka. Tapi tak apa bagiku, mungkin buat mereka marah atau bahkan kecewa
kepadaku. Tapi aku sangat sadar apabila aku tetap meladeni mereka ada seseorang
yang jauh akan lebih terluka yaitu KAMU. Tenang aku tak akan menanyakan
apa kau juga melakukan hal ini, jika kau tetap memaksa ingin menjawab. Aku
mohon simpan saja jawabanmu itu
Apabila aku terluka, tenanglah aku punya obat ampuh yang bernama
waktu. Waktu itu luarbiasa memberiku banyak pelajaran.
Mungkin ini garis terberat aku
mencintaimu. Ada baiknya aku memohon ampun, mengakui kelemahan, menjunjung
tinggi belas kasihan dan tak lupa berterima-kasih.
Sayang, aku tidak hanya ingin
sekadar “pernah” ada, tetapi siap dan lagi bisa. Bila lengah mata melihat atau
lelah pundak memikul, ketahuilah langkahku tetaplah engkau! Aku ingin terlempar
untuk membentur bola matamu, lalu terus menggelinding di atas tiap esokmu.
Bagiku, wajah yang dipukul telak
masih lebih ringan daripada tidak dipeluk kamu di saat-saat seperti ini. Karena
tidak dicintaimu adalah sesuatu yang baru, yang membuatku merasa asing di
antara segala hati yang membuka pintunya. Di dalam tubuhku, di dalam hidupku,
kaulah darahku, alasan degup jantungku! Kini aku merasa bahwa hatimu telah
menelanku hidup-hidup.
Apakah aku melantur? Tidak. Aku
hanya takut menjadi bangkai di dalam hatimu dan menjadi puing-puing terabaikan
dalam kenangan. Itu saja.
Geen opmerkings nie:
Plaas 'n opmerking